Langsung ke konten utama

Kehampaan Sapa


Kemana? Aku ingin bertanya tentang sapa yang nyatanya tak terucap, yang nyatanya tak ada. Aku sadar, tentang semua kadar batasanku hingga kau begini Tuan.. tak mau kenal lagi .. hah! Itu maumu?

Mungkin saatnya.. ya.. beranjak pergi, untuk yang kesekian yang nyatanya gagal lagi dan lagi.. entahlah untuk kesempatan kali ini?

Aku bisa saja dengan semua rasa lelah yang kupunya, benar-benar melakukannya, tapi.. ini tidak mudah. Mungkin ketidakpedulianmu adalah setahap tanda untuk aku beranjak pergi, pergi dari perasaan yang membuat hati berantakan.. aku sakit hati dengan sikap diammu itu Tuan.. bawelku rasanya menjelkan mungkin bagimu. Tak tahu malu. Itu yang kau pikir.

Aku tak paham bagaimana untuk menjaga ini, dengan sapa aku tak bisa, melangkah pun aku tak sanggup.

Kemana hatiku harus pergi ketika sapaan yang kutunggu tak kunjung terdengar? Kemana langkahku harus berpijak ketika kau menolak untuk mengenalku lagi, Tuan? Apakah itulah yang kau inginkan?

Mungkin saatnya bagiku untuk mengambil keputusan, untuk meninggalkan semua ini sekali lagi, meski rasanya seperti kegagalan berulang. Mungkin kali ini akan ada kesempatan baru, entahlah.

Aku tahu bahwa aku bisa melakukannya, meski kelelahan sudah menghimpitku. Tapi, melakukannya bukanlah hal yang mudah. Mungkin sikapmu yang acuh adalah tanda bahwa aku harus pergi, meninggalkan perasaan yang merusak hatiku. Aku merasa sakit karena ketidakpedulianmu, Tuan. Mungkin bagimu, kebawelan ku ini terasa menjelkan. Mungkin bagi kamu, aku tak tahu malu. Itulah yang kau pikirkan.

Aku tak tahu bagaimana menjaga hubungan ini, ketika aku tak bisa mendapatkan sapaan yang kuinginkan, bahkan langkahku sendiri terasa berat untuk diambil.

Komentar