Langsung ke konten utama

Rindu Tapi Nanti

Dear Anak Rantau... 

Bagaimana puasa hari ke delapan belas ini? Semoga lancar ya, semoga mendapatkan berkah.

Ada yang berbeda dengan puasa tahun 2020 ini, karena mungkin sebagian dari anak rantau ada yang tidak bisa mudik ke kampung halamannya karena pandemi covid19, pemerintah melarang para perantau melakukan mudik untuk mengurangi penyebaran virus tersebut. 

Saya mencoba damai dengan diri sendiri daripada terus merenungi dan banyak meratapi. Di bilang rindu jelas rindu, lebih dari kata rindu. Iya rindu banget. Karena untuk  anak rantau moment Idul Fitri adalah moment dimana kami beristirahat sejenak dari jadwal padat pekerjaan dan hari itu adalah hari yang kami nantikan sepanjang tahun. 

Betapa membahagiakannya bisa merayakan bersama orang tercinta, bersama tawa bapa atau senyum ibunda. Terbayang di benak kami bagaimana menyambut Fitri dengan suka cita dengan sanak saudara atau tetangga. Tetapi tahun ini akan jelas berbeda namun tak apa masih banyak cara untuk merangkul mereka dari jauh mendekap dalam mereka dengan doa. 

Ada sebagian orang mengatakan bahwa mudik di bolehkan dengan syarat mengikuti  prosedur yang ada, namun akan lebih baik kita enggak ambil risiko, kita enggak pernah tau apa yang akan terjadi, dan jangan sampai diri kita menyesal. Sabar sedikit tidak ada salahnya bukan?

Dear anak rantau.. 

Semoga pundakmu Tuhan kuatkan, segala keadaan kau mampu lewati dengan senyuman. Semoga pandemi ini segera pergi dan kami bisa pulang.... semangat....

Dari Temanmu.
Siti Rohimah




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kehampaan Sapa

Kemana? Aku ingin bertanya tentang sapa yang nyatanya tak terucap, yang nyatanya tak ada. Aku sadar, tentang semua kadar batasanku hingga kau begini Tuan.. tak mau kenal lagi .. hah! Itu maumu? Mungkin saatnya.. ya.. beranjak pergi, untuk yang kesekian yang nyatanya gagal lagi dan lagi.. entahlah untuk kesempatan kali ini? Aku bisa saja dengan semua rasa lelah yang kupunya, benar-benar melakukannya, tapi.. ini tidak mudah. Mungkin ketidakpedulianmu adalah setahap tanda untuk aku beranjak pergi, pergi dari perasaan yang membuat hati berantakan.. aku sakit hati dengan sikap diammu itu Tuan.. bawelku rasanya menjelkan mungkin bagimu. Tak tahu malu. Itu yang kau pikir. Aku tak paham bagaimana untuk menjaga ini, dengan sapa aku tak bisa, melangkah pun aku tak sanggup. Kemana hatiku harus pergi ketika sapaan yang kutunggu tak kunjung terdengar? Kemana langkahku harus berpijak ketika kau menolak untuk mengenalku lagi, Tuan? Apakah itulah yang kau inginkan? Mungkin saatnya bagiku u...