Langsung ke konten utama

Rasanya Lebaran Tahun ini?

Dalam perayaan Hari Raya Idul Fitri yang penuh kegembiraan, ada eorang anak rantau yang merindukan kampung halamannya. Meskipun tidak dapat pulang ke kampung halaman untuk merayakan bersama keluarga seperti yang biasa dilakukan, perasaan kerinduannya begitu mendalam. Setiap malam takbir, air matanya tidak terasa menetes membasahi pipi. Ia merasa sedih karena tidak dapat merayakan malam takbir dekat dengan keluarga, seperti yang pernah ia rasakan sebelumnya.

Dalam sudut kamar yang sunyi, ia merasakan kesendirian yang tidak biasa. Ia duduk di dekat kaca, melihat langit malam yang begitu gelap dan mendengar lantunan takbir yang bergema di kejauhan. Suara takbir yang merdu itu membuatnya semakin merindukan kehangatan keluarga dan keramaian di kampung halaman. Meskipun ada perbedaan dalam perayaan kali ini, anak rantau ini tetap berusaha menjalankan ibadah dengan sepenuh hati dan berdoa agar segala amal ibadahnya diterima oleh Allah.

Meskipun jauh dari keluarga, ia tetap berharap dan berdoa agar Hari Raya Idul Fitri membawa kedamaian, kebahagiaan, dan keberkahan bagi semua umat Muslim di seluruh dunia. Ia juga mengenang nilai-nilai persaudaraan, kerendahan hati, dan saling memaafkan yang menjadi esensi sebenarnya dari perayaan ini. Walaupun kerinduan memenuhi hatinya, ia berusaha menjaga semangat dan tetap merayakan Idul Fitri dengan penuh suka cita di tempatnya berada.

Dalam haru malam takbir yang lalu, ia menyadari bahwa walaupun jarak memisahkan, ikatan keluarga dan keimanan tetap terjalin kuat dalam hatinya. Ia memohon kepada Allah agar diberikan kesempatan untuk berkumpul kembali dengan keluarga tercinta di Hari Raya yang akan datang. Dia juga berjanji dalam hati untuk selalu merawat dan menjaga hubungan dengan keluarga meskipun jarak memisahkan, serta berharap dapat mempererat tali silaturahmi saat pulang ke kampung halaman suatu saat nanti.

Dalam kerinduan yang mendalam, ia melanjutkan perayaan Hari Raya Idul Fitri dengan penuh keikhlasan dan harapan. Ia berdoa agar segala kesedihan dan kekurangan yang dirasakan saat ini menjadi penguat keimanan dan kesabaran. Berbagi sukacita dengan sesama, berupaya menjalin persaudaraan dan saling berbagi kebahagiaan meskipun dalam keterbatasan. Semoga pada Hari Raya Idul Fitri berikutnya, dia dapat bersama keluarga tercinta dan merayakan dengan sukacita yang tak terhingga.

Lebaran 1441 H, hai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kehampaan Sapa

Kemana? Aku ingin bertanya tentang sapa yang nyatanya tak terucap, yang nyatanya tak ada. Aku sadar, tentang semua kadar batasanku hingga kau begini Tuan.. tak mau kenal lagi .. hah! Itu maumu? Mungkin saatnya.. ya.. beranjak pergi, untuk yang kesekian yang nyatanya gagal lagi dan lagi.. entahlah untuk kesempatan kali ini? Aku bisa saja dengan semua rasa lelah yang kupunya, benar-benar melakukannya, tapi.. ini tidak mudah. Mungkin ketidakpedulianmu adalah setahap tanda untuk aku beranjak pergi, pergi dari perasaan yang membuat hati berantakan.. aku sakit hati dengan sikap diammu itu Tuan.. bawelku rasanya menjelkan mungkin bagimu. Tak tahu malu. Itu yang kau pikir. Aku tak paham bagaimana untuk menjaga ini, dengan sapa aku tak bisa, melangkah pun aku tak sanggup. Kemana hatiku harus pergi ketika sapaan yang kutunggu tak kunjung terdengar? Kemana langkahku harus berpijak ketika kau menolak untuk mengenalku lagi, Tuan? Apakah itulah yang kau inginkan? Mungkin saatnya bagiku u...